Disusun oleh: Abu Isma’il Muslim al-Atsari

Ketahuilah, bahwa kita wajib mengetahui empat perkara dan mengamalkannya, jika tidak, kita termasuk orang-orang yang merugi. 

Empat perkara itu adalah: 

  1. Ilmu, yaitu mengetahui al-haq (kebenaran).  
  2. Amal, yaitu mengamalkan al-haq.
  3. Dakwah, yaitu mengajak orang lain untuk mengamalkan al-haq.
  4. Sabar, yaitu tabah di dalam meraih dan menjalankan hal-hal di atas.

Dalil kewajiban yang empat di atas adalah firman Allah Ta’ala dalam surat Al-‘Ashr:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

وَالْعَصْرِ {1} 

إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2} 

إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3} 

  1. Demi masa. 
  2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.
  3. Kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Ashr/103: 1-3)

Bayan Ibnul Qoyyim

Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh (wafat th. 751 H) menyebutkan surat ini di dalam Miftah Darus Sa’adah 1/56, lalu berkata: 

قَالَ الشَّافِعِي رضى الله عَنهُ: ” لَو فكر النَّاس كلهم فِي هَذِه السُّورَة لكفتهم ” 

وَبَيَان ذَلِك انّ الْمَرَاتِبَ اربعةٌ وباستكمالها يحصل للشَّخْص غَايَة كَمَاله 

احداها: معرفَة الْحق, الثَّانِيَة: عمله بِهِ, الثَّالِثَة: تَعْلِيمه من لَا يُحسنهُ, الرَّابِعَة: صبره على تعلمه وَالْعَمَل بِهِ وتعليمه 

فَذكر تَعَالَى الْمَرَاتِب الاربعة فِي هَذِه السُّورَة, 

واقسم سُبْحَانَهُ فِي هَذِه السُّورَة بالعصر انّ كل أَحَدٍ فِي خسر 

(الا الَّذين آمنُوا وَعمِلُوا الصَّالِحَات): وهم الَّذين عرفُوا الْحق وَصَدقُوا بِهِ فَهَذِهِ مرتبَة,

(وَعمِلُوا الصَّالِحَات): وهم الَّذين عمِلُوا بِمَا علموه من الْحق فَهَذِهِ مرتبَة اخرى,

(وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ): وصّى بِهِ بَعضُهم بَعْضًا تَعْلِيما وارشادا فَهَذِهِ مرتبَة ثَالِثَة,

(وَتَوَاصَوْا بِالصبرِ): صَبَرُوا على الْحق ووصى بَعضهم بَعْضًا بِالصبرِ عَلَيْهِ والثبات فَهَذِهِ مرتبَة رَابِعَة, وهذا نهايةُ الْكَمَال, 

فَإِن الْكَمَال أن يكون الشَّخْصُ كَامِلا فِي نَفسه مكملا لغيره,

وكماله باصلاح قوتيه العلمية والعملية,

فصلاح الْقُوَّة العلمية بالايمان, وَصَلَاح الْقُوَّة العملية بِعَمَل الصَّالِحَات,

وتكميله غَيره بتعليمه اياه وَصَبره عَلَيْهِ وتوصيته بِالصبرِ على الْعلم وَالْعَمَل,

فَهَذِهِ السُّورَة على اختصارها هِيَ مِنْ أجْمَعِ سور الْقُرْآن للخير بحذافيره 

وَالْحَمْد لله الَّذِي جعل كِتَابه كَافِيا عَن كل مَا سواهُ, شافيا من كل دَاء, هاديا الى كل خير

“Imam As-Syafi’i berkata: “Seandainya semua manusia memikirkan apa yang ada di dalam surat ini, sesungguhnya surat ini mencukupi mereka”. Penjelasannya adalah bahwa martabat itu ada ada empat, dengan sempurna keempatnya, seseorang mendapatkan puncak kesempurnaannya.

Pertama: Mengenal al-haq, 

Kedua: Mengamalkannya, 

Ketiga: Mengajarkannya kepada orang yang belum mendapatkannya, 

Keempat: Kesabarannya di dalam mempelajarinya, mengamalkannya, dan mengajarkannya.  

Alloh Ta’ala menyebutkan empat martabat di dalam surat ini, dan Dia bersumpah dengan masa, bahwa seluruh manusia benar-benar berada dalam kerugian, 

((kecuali orang-orang yang beriman)), yaitu orang-orang yang mengenal al-haq dan membenarkannya, ini satu martabat, 

((dan mengerjakan amal saleh)), yaitu orang-orang yang mengamalkan al-haq yang telah mereka ketahui, ini martabat yang lain, 

((dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran)), sebagian mereka menasehati yang lain, dengan mengajar dan membimbing, ini martabat ketiga, 

((dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran)) mereka bersabar di atas al-haq, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran, ini martabat keempat. Dan ini adalah puncak kesempurnaan.

Karena kesempurnaan itu adalah seseorang sempurna pada dirinya, dan menyempurnakan orang lain.

Dan kesempurnaan seseorang adalah dengan memperbaiki dua kekuatannya, yaitu kekuatan ilmu dan kekuatan amal.

Kekuatan ilmu adalah dengan iman, sedang kekuatan amal adalah dengan amal sholih.

Dan menyempurnakan orang lain dengan mengajarkan ilmu kepadanya, bersabar terhadapnya, dan memberikan wasiat dengan kesabaran terhadap ilmu dan amal.

Maka surat ini -walaupun ringkas- adalah surat yang paling lengkap mengumpulkan seluruh kebaikan.

Segala puji bagi Allah Yang telah menjadikan kitab-Nya mencukupi dari selainnya, mengobati semua penyakit, dan menunjukkan semua kebaikan”. (Miftah Daris Sa’adah, 1/56-57)

KEWAJIBAN BERILMU:

Imam Bukhori rohimahulloh berkata: “Bab: Ilmu sebelum perkataan dan perbuatan, berdasarkan firman Alloh Ta’ala: 

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) selain Allah (QS. 47:19)

Maka Dia (Alloh) memulai dengan ilmu”. (Shohih Bukhori, kitab Al-Ilmu)

Imam Ibnul Munayyir rohimahulloh menjelaskan perkataan Imam Al-Bukhori di atas dengan perkataan: 

“Beliau menghendaki bahwa ilmu merupakan syarat sahnya perkataan dan perbuatan, sehingga keduanya tidak dianggap kecuali dengannya (ilmu). 

Sehingga ilmu itu mendahului keduanya, karena ilmu akan membenarkan niat yang akan membenarkan terhadap amalan (perbuatan). 

Imam Al-Bukhori mengingatkan hal itu, supaya peremehan terhadap ilmu dan menyepelekan di dalam menuntut ilmu tidak mendahului masuk ke dalam fikiran, dari perkataan mereka (ulama-pen), bahwa ilmu tidak bermanfaat kecuali dengan amalan”. (Dinukil dari Fathul Bari)

Dan perlu diketahui bahwa keutamaan ilmu agama sangat banyak sekali, di antaranya adalah sabda Nabi sholallohu ‘alaihi was sallam:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ 

Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Alloh, Dia menjadikannya faham terhadap agama. (HR. Bukhori, no: 71)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata pada syarh (penjelasan) hadits ini: 

“Dan pengertian hadits ini bahwa orang yang tidak mencari pemahaman dalam agama, yaitu tidak mempelajari kaedah-kaedah Islam dan perkara-perkara cabang yang berkaitan dengannya, dia telah dihalangi dari kebaikan.…Dalam hal ini terdapat penjelasan yang nyata tentang keutamaan ulama di atas seluruh manusia, 

dan keutamaan tafaqquh fid diin (mendalami agama Islam) daripada seluruh ilmu-ilmu (lainnya)”.

Dan ilmu yang paling penting adalah: 

  • Mengenal Alloh sehingga menghasilkan kecintaan kepadaNya, rasa takut terhadap siksaNya, mengharapkan rohmatNya, dan mengesakanNya dengan peribadahan. 
  • Kemudian mengenal rosulNya, Nabi Muhammad sholallhu ‘alaihi was salam, sehingga menghasilkan kecintaan kepada beliau, mengikuti petunjuk beliau lahir dan batin, mencukupkan Sunnah/ajaran beliau, dan meninggalkan segala perkara baru dalam agama. 
  • Demikian juga mengenal agamaNya, sehingga seseorang dapat beribadah kepada Alloh dengan dasar ilmu.

KEWAJIBAN BERAMAL:

Orang yang telah mengetahui al-haq, agama Islam, dia wajib mengamalkan. Amal adalah buah dari ilmu. Alloh Ta’ala sering menggabungkan antara amal sholih dengan iman. Dan Dia mencela orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka lakukan. Alloh Ta’ala berfirman: 

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) 

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. Ash-Shoff/61: 2-3)

Maka wajib mengamalkan ilmu yang telah dimiliki: tentang menegakkan sholat, tentang membayar zakat, tentang menunaikan amanah, dan sebagainya.

Dengan ilmu dan amal seseorang berusaha menyempurnakan dirinya. 

Kemudian setelah itu dia berkewajiban berusaha menyempurnakan orang lain dengan cara berdakwah.

Barangsiapa memiliki ilmu, kemudian mengajak kebaikan dan melarang keburukan, namun dia tidak mengamalkan ilmu, maka siksa dan kehinaan yang akan dia terima. Di dalam sebuah hadits disebutkan:

Dari Abu Wail, dia berkata: 

“Ada seseorang yang berkata kepada Usamah, ‘Seandainya anda mendatangi Fulan dan berbicara dengannya’. 

Dia menjawab, ‘Kamu benar-benar menyangka bahwa aku tidak berbicara dengannya kecuali aku memperdengarkan kepada kamu? 

Sesungguhnya aku sudah berbicara dengannya dengan rahasia tanpa membuka pintu (keburukan), aku tidak akan menjadi orang pertama kali yang membukanya. 

Dan aku tidak akan berkata tentang seorang laki-laki, walaupun dia amirku (pemimpinku), bahwa dia manusia terbaik, setelah aku mendengar sesuatu dari Rasulullah sholallohu ‘alaihi was sallam”. 

Mereka bertanya, “Apakah yang telah anda dengar?” 

Dia menjawab. “Aku mendengar beliau sholallohu ‘alaihi was sallam bersabda, 

” يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ، 

فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الحِمَارُ بِرَحَاهُ، فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ: 

أَيْ فُلاَنُ مَا شَأْنُكَ؟ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنِ المُنْكَرِ؟ 

قَالَ: كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ المُنْكَرِ وَآتِيهِ “

“Seorang laki-laki akan didatangkan pada hari kiamat, lalu dilemparkan ke dalam neraka. Maka isi perutnya keluar di dalam nereka, lalu dia berputar seperti keledai yang berputar pada batu penggilingannya. 

Kemudian penduduk nereka berkumpul kepadanya lalu bertanya, “Hai Fulan, apa yang terjadi padamu. Bukankah kamu dahulu memerintahkan kebaikan kepada kami dan melarang kemungkaran  kepada kami?”. 

Dia menjawab, “Aku dahulu memerintahkan kebaikan kepada kamu, tetapi aku tidak melakukannya. Dan aku dahulu melarang kemungkaran  kepada kamu, tetapi aku tidak melakukannya”. (HR. Bukhori, no. 3267, dan ini lafazhnya, dan Muslim, no. 2989/51)

KEWAJIBAN BERDAKWAH:

Mengajak manusia menuju agama Alloh merupakan salah ibadah yang terbesar, manfaatnya akan mengenai orang lain. Dakwah menuju agama Alloh merupakan tugas para nabi, maka cukuplah sebagai kemuliaan bahwa para dai mengemban tugas para nabi.

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاوَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَآأَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Katakanlah, “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. 

Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf/12:108)

Karena dakwah merupakan ibadah, maka harus dilakukan dengan keikhlasan hati dan mengikuti Sunnah nabi.

Seorang dai harus memurnikan niatnya untuk mengajak kepada agama Alloh semata-mata mencari ridhoNya. 

Bukan mengajak kepada dirinya sendiri, kelompoknya, atau pendapat dan fikirannya. 

Dan tidak dengan niat untuk mengumpulkan harta, meraih jabatan, mencari suara, atau tujuan dunia lainnya.

Demikian juga mengikuti Sunnah Nabi, sehingga berdakwah berdasarkan ilmu, mendahulukan aqidah, dilakukan dengan hikmah, dengan kesabaran, dan lainnya. Tidak berdakwah dengan maksiat dan bid’ah.

KEWAJIBAN BERSABAR:

Yaitu bersabar di dalam menuntut ilmu, mengamalkannya, dan mendakwahkannya. 

Tanpa kesabaran semua hal di atas mustahil akan tetap istiqomah. 

Luqman memberikan wasiat kepada anaknya sebagai berikut:

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَآ أَصَابَكَ 

إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman/31:17)

Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan kesabaran, antara lain firman Alloh:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33) 

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) 

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35) 

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru menuju Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” 

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. 

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (QS. Fushilat/41:33-35)

Barangsiapa menyempurnakan dirinya dengan empat kewajiban di atas, maka dia menyempurnakan dirinya dan orang lain, dan dia termasuk orang-orang yang beruntung. 

Semoga Allah selalu membimbing kita di atas jalan, ilmu, amal, dakwah, dan sabar. Al-hamdulillah Roobil ‘alamiin.